Gyūdon (牛丼, mangkuk daging
sapi) atau beef bowl adalah makanan Jepang jenis donburi berupa
semangkuk nasi putih yang di atasnya diletakkan irisan daging sapi bagian perut dan bawang bombay yang
sudah dimasak dengan kecap
asin dan gula. Sebagai penyedap, di atasnya
sering ditambahkan asinan jahe (benishōga), campuran rempah dan cabai yang
disebut shichimi, atau telur ayam mentah
sesuai selera.
Gyūdon
berasal dari makanan yang disebut sukiyakidon (sukiyaki donburi),
sehingga sering dijumpai gyudon yang memakai shirataki seperti
halnya sukiyaki.
Di zaman Meiji sudah
dikenal cikal bakal gyūdon yang disebut Gyumeshi berupa semangkok nasi yang
diatasnya diletakkan irisan daging sisa Gyūnabe (daging sapi yang dimasak dengan
kecap asin dan gula). Pada waktu itu, orang Jepang sering mendengar orang asing
memanggil anjingnya, "Come (here)", tetapi menurut pendengaran orang
Jepang, "come" terdengar seperti "kame" dan orang asing
tersebut disangka sedang memanggil anjing yang bernama Kame. Dari nama anjing
bernama Kame konon lahir sebutan Kamechabu, chabu (makanan) untuk si
Kame berupa nasi dicampur sisa-sisa Gyūnabe yang tidak habis dimakan.
Restoran
siap saji Yoshinoya yang
membuka cabang dengan sistem waralaba memopulerkan
gyūdon sebagai makanan rakyat pada paruh kedua tahun 1970-an. Makanan serupa
juga dihidangkan dengan nama Gyūmeshi oleh restoran waralaba lain seperti
Yōrōnotaki, Matsuya, Sukiya dan Kōbe Ranputei.
Pada
tanggal 11
Februari ,
Yoshinoya dan restoran gyūdon lain terpaksa menghentikan penjualan gyūdon
akibat kekuatiran daging sapi dari Amerika Serikat tercemar penyakit sapi gila. Parlemen Jepang berusaha mendatangkan
kembali daging sapi dari Amerika sejak Mei 2005, tetapi baru berhasil mengimpor
di bulan Januari 2006.
Pada
tanggal 18
September 2006,
Yoshinoya kembali menjual Gyūdon tetapi hanya selama satu hari penuh saja, itu
pun dengan jumlah porsi yang terbatas (1 juta porsi dengan jatah 1.000 porsi
per restoran).
Posting Komentar